Memandang Indah Tentang Musibah  

Bagi yang senang pemutih. Untuk kulit agar lebih cemerlang. Berapa uang yang harus digelontorkan. Berjemur jarang. Takut menjadi hitam. Jika terpaksa pun, segala jenis make-up anti ultra-violet dan beragam jenis sun-block dipasang sedemikian rupa. Takut panas. Enggan hitam. Kini, Covid-19 mengajarkan betapa sangat berharganya sinar matahari yang bersinar setiap hari. Di pagi sekali, di kala sinar tidak begitu mensilaukan, ketika bayang-bayang sepenggalah, kita disadarkan untuk sejenak menjemur badan. Minimal 15 Menit. Badan sudah basah berkeringat. Meski tanpa harus banyak gerak selayaknya olahraga. Dari situ, imunitas tubuh bertambah. Badan semakin sehat.

Berjemur. Kini pun menjadi satu trend yang begitu diminati. Tentu tidak hadir begitu saja. Di sisi ini, kita wajib berterimakasih dengan Covid-19. Ternyata, tidak ada yang sungguh sia-sia dari apa yang diciptakan oleh Allah Swt. Berjemur. Setiap pagi. Sudah kembali menjadi bagian rutinitas yang semakin digemari. Satu dengan yang lain pun saling mengingatkan, saling menasehati untuk berjemur agar badan semakin sehat, demi menjaga imunitas tubuh semakin hebat. Berjemur ya? Setiap pagi. Jangan lupa.

Demikianlah, bahwa wabah apapun dan bagaimanapun wujudnya, semata-mata tidak untuk melukai, bukan untuk menyakiti. Tetapi, di setiap detail wabah dan musibah, terdapat ruang-ruang yang disisipkan Allah Swt untuk belajar. Agar manusia kembali sadar. Musibah tidak seharusnya menjadikan manusia selalu resah, berputus asa dan dirundung susah gelisah. Tetapi, harus pandai-pandai mengambil hikmah. Harus tetap melangkah dengan sangat gagah.

Dari itu, selain memang Covid-19 ini merenggut banyak nyawa dan merepotkan sepenjuru dunia, justru terdapat banyak sekali hal yang menjadikan manusia kembali belajar. Menata lagi hidup agar lebih berhati-hati. Tentang semakin menyadari betapa matahari menjadi sangat berarti. Meski selama ini, kita tidak begitu menghiraukan perputarannya setiap hari. Adalah bagian pertama tentang hikmah atas musibah yang ditakuti ini.

Dan yang kedua, hidup bersih. Mencuci tangan dengan sabun adalah hal paling sederhana mengenai kebersihan diri. Melalui tanganlah, kuman-kuman berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tidak mengherankan jika yang perlu didahulukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini dengan mencuci tangan. Sesungguhnya tidak semata itu. Kebersihan ini mencakup banyak hal. Terlebih kebersihan diri. Kebersihan tubuh. Kebersihan pakaian. Kebersihan rumah. Kebersihan segala apa yang dikonsumsi, makanan dan minuman. Serta kebersihan apapun saja yang melingkupi diri manusia itu sendiri.

Di jaman dulu, di depan-depan rumah, selalu disediakan alat untuk membersihkan diri. "Pekiwan" istilahnya. Kamar mandi kecil yang digunakan untuk terlebih dulu membersihkan diri sebelum memasuki rumah. Kini pun mulai digiatkan kembali. Tidak serupa dengan "Pekiwan" itu tadi. Tetapi air mengalir dan sabun. Atau cukup dengan hand sanitizer. Semua ini membantu di dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Inilah yang juga menjadi hikmah atas dihadirkannya wabah. Manusia kembali memperhatikan kebersihan. Tidak hanya tubuh secara pribadi. Tetapi juga lingkungan di sekitar mereka tinggal.

 

-Bersambung ke artikel kedua-

ESQNews.id - M. Nurroziqi

COMMENTS
LEAVE A REPLY