BERBURU SERU DI HIDUP BARU

BERBURU SERU DI HIDUP BARU

Oleh: Endang Winarti

 

Apa yang ada dalam bayangan Anda saat memasuki masa pensiun ? Hidup baru ini adalah waktu yang mengajak Anda pertama kali merasakan hidup bebas. Hidup akan berjalan lebih lambat—bangun tanpa alarm, duduk santai sambil menyeruput teh. Tapi ada juga yang bingung mau ngapain

Tapi, hei, siapa bilang masa pensiun itu akhir dari petualangan? Justru di sinilah hidup mulai terasa seperti buku baru: tanpa deadline kantor, tanpa rapat mendadak, dan tanpa harus berlari-lari menjadi pejuang nine  to five. Masa pensiun bisa jadi masa paling sehat, paling bahagia, dan paling kocak kalau tahu cara menikmatinya. Yuk, kita kupas tuntas kegiatan yang bisa bikin hari-hari jadi ceria, hati jadi gembira, dan tubuh tetap ciamik tiada tara. Beberapa poin dalam artikel ini adalah pengalaman pribadi saya.

 

Incip Semuanya

Bukan makanan lho ya. Masa pensiun adalah masa paling pas buat membuka almari kehidupan dan memilih apa saja yang selama ini sempat disingkirkan karena sibuk kerja. Mau belajar memasak makanan aneh-aneh yang selama ini belum pernah dicoba?  Boleh banget. Mau belajar melukis? Gaspol. Mau memelihara ikan, ayam, bebek, kambing dan menjadi TikToker yang tiap hari harus upload 5 video? Hayukkkkk kan sekarang sudah jadi manusia merdeka. 

Tahukah Anda bahwa belajar musik atau menari itu bisa membuat otak kita aktif sehingga memperlambat datangnya kepikunan? Begitu pula membaca dan membuat karya tulis. Eh, tak ada salahnya lho menulis pengalaman lucu saat menjadi karyawan, atau potongan-potongan kecil kisah lampau yang menggoda. Ayo bergabung dengan komunitas menulis. Book club ada banyak, dan dunia ternyata seru gara-gara buku. 

Saya lebih sering menerbitkan tulisan, baik buku maupun karya untuk media luring dan daring. Malah di masa pandemi saya membuka kelas menulis hingga sepuluh angkatan, lalu membuat komunitas Perempuan Penulis Padma (PERLIMA) yang sekarang anggotanya 117 orang dan tersebar di seluruh dunia. Kesibukan menata anggota dan membuat kegiatan berupa diskusi, kelas, bahkan piknik menulis, membuat saya tak bisa berleha-leha lebih lama. Otak terus berputar, bikin acara apa lagi ya buat anggota.

Semua hal bisa dicoba dengan gembira dan penuh sukacita. Kadang-kadang, hobi yang tidak diduga justru membawa kebahagiaan yang tak pernah dibayangkan. Siapa tahu, dari coba-coba membuat kue, tiba-tiba jadi influencer kuliner khusus makanan “antigagal”. Dunia maya membuka lahan seluas-luasnya untuk itu. Sekarang ada banyak sosial media yang bisa mewadahi segala kegiatan kita. Bukan cuma buat hiburan dan pengisi waktu, tapi juga bisa jadi cuan. 

 

Atlet Santuy

Menggerakkan tubuh di usia baru ini bukan untuk kejar setoran ya. Bukan untuk ikut maraton atau balap sepeda. Cukup hal-hal yang membuat tubuh bergerak tanpa pusing mikirin napas yang tiba-tiba hilang. Jalan pagi, senam ringan, yoga, tai chi, bahkan berkebun sudah cukup jadi “gym alami”. Sinar matahari pagi yang hangat nan sehat menemani kulit kita saat berkebun. Rasakan sensasinya. Betapa indahnya udara pagi, sengatan matahari bikin kita berkeringat. Bandingkan dengan masa-masa itu, saat kita mengejar jam kerja, berdesakan di kereta atau bus, bahkan menerobos kemacetan sambil senam jantung karena takut telat. Begitu sampai kantor, seharian mengeram di ruangan ber-AC. 

Sejak pensiun, saya mengajak ibu-ibu sekitar tempat saya di desa rutin senam Ling Tien Kung setiap hari Selasa. Senam ini  aman buat otot kita yang menua. Kalau mau lebih gaya, coba ikut senam poco-poco atau line dance di taman. Selain menambah sehat, juga menambah teman seseruan. Bahkan mungkin bisa menemukan geng baru yang hobi mengoleksi tumblerups!

Tapi, berjalan cepat sepuluh ribu langkah juga saya lakukan bersama para tetangga tiap hari Sabtu. Dengan cara ini, kita akhirnya punya waktu untuk menyapa tetangga yang mungkin saja selama ini tak pernah kita sapa karena selalu pulang malam. Atau, berbincang dengan tetangga belakang rumah yang kita tak tahu siapa namanya!? Nah, sambil jalan pagi ini kita sekaligus punya waktu bersilaturahmi. Asyiknya pangkat dua. 

 

Vitamin Jiwa 

Mau tahu vitamin yang menyehatkan jiwa tanpa beli di apotek? Bukan obat, bukan sihir, ternyata vitamin itu adalah bertemu orang baru atau nongkrong dengan teman lama. Manusia itu makhluk sosial, bukan makhluk yang didesain untuk ngobrol dengan televisi tiap malam. Pergilah ke komunitas hobi, ikut pertemuan RT, atau arisan. Memang cowok ga boleh ikut arisan? Boleh dong. Di sela-sela arisan itu bisa karaoke bersama, main catur, atau makan dengan bekal yang dibawa masing-masing. Dijamin seru pollll

Bertemu teman lama ataupun baru, ibaratnya kita lagi ngecharge baterai. Aktivitas sosial sederhana bisa bikin mood naik drastis. Tertawa bersama teman itu terapi paling murah di muka bumi. Bonusnya: cerita-cerita konyol mereka bisa jadi hiburan harian tanpa perlu bayar tiket stand up comedy. Intinya, membangun hubungan dengan komunitas, baik itu teman sekolah, teman kantor, tetangga, teman sehobi, semuanya memiliki potensi vitamin buat jiwa kita sebagai makluk sosial.

 

Petualangan Tanpa Drama 

Usia pensiun kok bertualang? Ya, jika saat bekerja liburan hanya punya 12 hari kerja, ditambah bonus pemerintah, kita cuma bisa liburan pendek-pendek. Kita gak bisa melihat aurora di Norwegia, atau menjelajah Machu Pichu karena liburannya gak cukup. Dengan tabungan dan uang pensiun yang ada, apalagi jika memiliki passive income, ini saatnya menjelajah, bukan untuk cari photo spot demi “like”, tapi benar-benar untuk menikmati suasana. 

Apa harus ke luar negeri? Enggak juga.  Mengunjungi kota sebelah, wisata kuliner di kabupaten tetangga, atau jalan-jalan naik kereta panoramic tanpa tujuan muluk sudah cukup membuat hidup terasa segar. Apalagi jika perginya bersama komunitas jalan-jalan yang biasanya tak mengenal usia, ugh serunya bukan main. Kita bakal lupa usia 56, bisa-bisa kita merasa 26.

Travelling di masa pensiun itu indah: tidak perlu cuti, tidak perlu mikirin kerjaan numpuk sepulang liburan, dan tidak ada deadline selain jadwal makan pagi, siang, atau malam. Manjakan diri dengan pengalaman baru, pemandangan baru, dan makanan baru. Asal tetap rutin memantau kesehatan lewat cek di lab ya.

 

Mengoleksi Senyum

Tangan di atas lebih baik. Itu bukan hanya hadist, tapi juga gerakan sosial di berbagai penjuru dunia. Bahkan Bill Clinton saja punya gerakan berjudul: GIVE. Tidak ada rasa puas yang lebih mendalam ketimbang kepuasan karena bisa membantu. Dan, masa pensiun memberi waktu untuk itu. Ikut kegiatan sosial, mengajar anak-anak, berbagi makanan, atau menemani komunitas lansia lain. 

Ternyata memberi itu bukan hanya untuk orang lain, tapi manfaatnya juga untuk diri sendiri. Membuat hidup terasa berarti, lebih penuh warna, dan lebih luas dari sekadar halaman rumah. Kadang-kadang, hal sekecil ikut membersihkan masjid tiap hari Jumat saja bisa bikin hati hangat. 

Saya telah mempraktikkan ini selama delapan tahun. Sejak tinggal di desa dan membuat Omah Padma sebagai yayasan sosial dalam bidang pendidikan luar ruang, kesetaraan gender dan lingkungan, saya merasa semua urusan saya dipermudah oleh Sang Maha Kuasa. Hati saya bahagia setiap kali ibu-ibu di desa ini memanggil dan melontarkan pertanyaan: Kapan ada kelas ketrampilan lagi, Bu? Atau, kapan kita jalan-jalan lagi, Bu ? 

Begitu pula anak murid saya di Kelas Minggu. Mereka yang sekarang berjumlah 65 orang selalu ingin tahu ada materi apa untuk minggu depan. Itu karena saya membuat kelas luar ruang yang mengajak mereka melukis, menulis, belajar bahasa asing, juga budi pekerti, atau main game dan keseruan lain. Mereka saya minta menabung agar bisa piknik ke tempat wisata yang mereka inginkan.

Kegembiraan mereka adalah simpul-simpul kecil yang membuat saya merasa puas terhadap hidup yang saya jalani. Anda pun bisa melakukan hal yang sama atau bahkan lebih hebat dari itu. Semakin banyak senyum yang kita peroleh dari orang lain, kian berkembang bahagia di dada kita.

 

Cinta Diri 

Sudah tak perlu lagi menyiksa diri dengan berhemat karena alasan uang pensiun kecil. Dulu berhemat karena masih menyekolahkan anak, sekarang waktunya memanjakan diri. Siapa bilang self-care cuma milik generasi skincare? Di usia pensiun, merawat diri justru lebih penting. Tidur cukup, makan yang bergizi, minum air yang cukup, dan sesekali pijat supaya badan tidak protes.

Ada banyak jenis atau cara memanjakan diri: makan enak, ke salon untuk facial atau totok wajah. Kalau ingin tambah gaya, coba potong rambut model baru atau beli baju warna cerah. Nikmati proses menjadikan diri versi paling nyaman. Bahagiakan diri Anda yang selama ini sudah diajak kerja mati-matian. Sekaranglah saatnya balas budi. 

 

Pikiran Juga Butuh Senam

Biar otak tetap tajam, perlu juga tantangan kecil —yang menyenangkan, bukan bikin stres. Bisa dengan bermain puzzle, membaca buku, belajar bahasa baru, atau main game strategi yang bukan sekadar klik-klik, bosan.

Ikut kelas adalah salah satu cara yang jitu. Saya masih sering mengikuti kelas baik daring maupun luring. Ada yang gratis atau berbayar. Tujuan saya cuma satu: mencari tantangan baru. Bahkan, saya juga pernah ikut kelas TikTok, kelas ekspor impor, kelas bertani, kelas menulis (walaupun saya penulis). Itulah cara saya agar otak tetap mendapat stimuli.

Otak yang aktif itu seperti pintu yang terus terbuka untuk hal-hal baru, membuat hidup terasa “hidup”. Dan di masa pensiun, kemampuan berpikir jernih itu seperti Doraemon yang memiliki pintu ke mana saja. 

 

Masa Pensiun: Bab Baru

Intinya, masa pensiun bukan berarti berhenti berkisah. Justru ini saatnya menulis bab yang lebih bebas, lebih lucu, dan lebih penuh makna. Tidak ada atasan yang mengatur, tidak ada target tahunan, dan tidak ada rapat evaluasi. Yang ada cuma Anda, kehidupan, dan kesempatan untuk bersenang-senang sembari tetap menjaga kesehatan.

Mari kita isi masa pensiun dengan hal-hal yang membuat Anda tersenyum saat bangun dan mendatangkan rasa damai saat tidur. Hidup tidak selesai saat pensiun; hidup baru saja mengganti mode—dari “berjuang” jadi “menikmati  permainan”. Dan, percayalah pada saya yang telah menjalani pensiun dini sejak 2011, sesungguhnya sejak itulah pertunjukan baru dimulai. (*)

 

Tentang Penulis:

Endang Winarti lebih dikenal sebagai penulis dengan nama pena Wina Bojonegoro. Ia menerima penghargaan Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur pada 2024, mendapat penghargaan Beritajatim Award pada 2021. Universitas Brawijaya mengganjarnya dengan Anugerah Sabda Budaya Sastra pada 2018. Sekarang ia inggal di Omah Padma, kaki Gunung Arjuna, Pasuruan, Jawa Timur. Ia bisa disapa di www.winabojonegoro.com

email : wina.bojonegoro@gmail.com